LAPORAN
PENDAHULUAN
COMBUSTIO
RUANG
KEMUNING RSUD dr.H ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG
FEBRI AYU MENTARI
(13202015)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
DIV KEPERAWATAN
2015
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN COMBUSTIO
RUANG
ALAMANDA RSUD dr.H ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG
FEBRI AYUMENTARI
(13202015)
MENGETAHUI
BANDAR LAMPUNG, DESEMBER 2015
PEMBIMBING
AKADEMIK PEMBIMBING
LAHAN
(Anita
Puri, S.Kep,.MM) (
Haris, AMK )
LAPORAN PENDAHULUAN
COMBUSTIO
A. PENGERTIAN
·
Menurut
Pierce dan Neil, (2006) Luka bakar merupakan respon kulit dan jaringan subkutan
terhadap trauma suhu atau termal (misal : api, uap panas, cairan panas).
·
Luka bakar adalah suatu trauma yang
disebabkan oleh panas, arus listrik bahan kimia dan petir yang mengenai kulit,
mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Kusumaningrum, 2008)
B. ETIOLOGI
a. Penyebab
luka bakar yaitu:
1. Suhu tinggi
2. Api
3. Air panas
4. Listrik
5. Petir
6. Asam dan basa kuat
b. Penyebab
luka bakar secara umum yaitu:
1. Kontak dengan nyala api;
2. Kontak dengan bahan cair/padat yang
panas;
3. Kontak dengan bahan kimia;
4. Kontak dengan arus listrik yang
voltasenya tinggi; dan
5. Sinar ultraviolet (sengatan matahari).
C. TANDA DAN
GEJALA
Manifestasi klinis yang dapat dilihat
berdasarkan derajat luka bakar (Mansjoer : 2000)
1.
Grade I
a.
Jaringan rusak hanya epidermis saja
b.
Klinis ada rasa nyeri, warna kemerahan
c.
Adanya hiperalgisia
d.
Akan sembuh kurang lebih 7 hari
2. Grade
II
a.
Grade
II a
· Jaringan
luka bakar sebagian dermis.
· Klinis
nyeri, warna lesi merah / kuning.
· Klinis
lanjutan terjadi bila basah
· Tes
jarum hiper aligesia, kadang normal.
· Sumber
memerlukan waktu 7 – 14 hari
b. Grade II b
· Jaringan
rusak sampai dermis dimana hanya kelenjar keringat saja yang masih utuh.
· Klinis
nyeri, warna lesi merah / kuning.
· Tes
jarum hiper algisia .
· Waktu
sembuh kurang lebih 14 – 12 hari
· Hasil
kulit pucat, mengkilap, kadang ada sikatrik
3. Grade
III
a. Jaringan yang seluruh dermis dan epidermis.
b. Klinis mirip dengan grade II hanya kulit
bewarna hitam / kecoklatan.
c. Tes jarum
tidak sakit.
d. Waktu sembuh lebih
dari 21 hari.
e. Hasil kulit menjadi sikratrik hipertrofi
D.
KLASIFIKASI
Luka bakar dapat diklasifikasikan
menurut dalamnya jaringan yang rusak dan disebut sebagai luka bakar superficial
partial-thickness, deep partial-thickness dan full-thickness.
a. Luka bakar derajat I (superficial
partial-thickness)
Epidermis mengalami kerusakan atau
cedera dan sebagian dermis turut cedera. Luka tersebut bisa terasa nyeri,
tampak merah dan kering seperti luka bakar matahari, atau mengalami
lepuh/bullae.
b.
Luka bakar derajat II (deep partial-thickness)
Meliputi destruksi epidermis serta
lapisan atas dermis dan cedera pada bagian dermis yang lebih dalam. Luka
tersebut terasa nyeri, tampak merah dan mengalami eksudasi cairan.
c.
Luka bakar derajat III (full-thickness)
Meliputi destruksi total epidermis serta
dermis. Warna luka bakar sangat bervariasi mulai dari putih,bervariasi mulai
dari putih,merah, cokelat atau hitam.
(Smeltzer C. Suzanne, 2001 : 1916 )
E.
PATOFISIOLOGI
Luka bakar disebabkan
oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas kepada tubuh. Panas dapat
dipindahkan lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik. Luka bakar dapat dikelompokan menjadi luka bakar termal,
radiasi atau kimia. Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi
protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran nafas atas merupakan
lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam, termasuk organ visera, dapat
mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama dengan
agens penyebab (burning agens). Nekrosis dan kegagalan organ dapat terjadi.
Dalamnya luka bakar
bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan lamanya kontak dengan agen
tersebut. Perawatan luka bakar harus direncanakan menurut luas dan dalamnya
luka bakar; kemudian perawatannya dilakukan melalui tiga fase luka bakar yaitu
: fase darurat / resusitasi, fase akut / intermediate dan fase rehabilitasi.
(Smeltzer C. Suzanne, 2001 : 1912 )
F.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1. Hitung
darah lengkap
2. Leukosit
3. GDA
(Gas Darah Arteri)
4. Elektrolit
Serum
5. Natrium
Urin
6. Alkali
Fosfat
7. Glukosa
Serum
8. Albumin
Serum
9. BUN
atau Kreatinin
10. Loop
aliran volume
11. EKG
12. Fotografi
luka bakar
G.
PENATALAKSANAAN
a.
Monitor urine dan CVP.
b.
Topikal dan tutup luka
- Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 :
30 ) + buang jaringan nekrotik.
- Tulle.
- Silver sulfa diazin tebal.
- Tutup kassa tebal.
- Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor.
c.
Obat – obatan:
o
Antibiotika : tidak diberikan
bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian.
o
Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil
kultur.
o
Analgetik : kuat (morfin,
petidine)
o
Antasida : kalau perlu
H.
ASUHAN
KEPERAWATAN LUKA BAKAR
a. PENGKAJIAN
1. Biodata
Terdiri atas nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, alamt, tnggal MRS, dan informan apabila dalam melakukan
pengkajian klita perlu informasi selain dari klien.
2. Wawancara
Tanyakan tentang :
a. Penyebab
luka bakar (kimia, termal, listrik).
b. Waktu
luka bakar (penting karena kebutuhan resusitasi cairan dihitung dari waktu cidera luka bakar, bahkan dari
waktu tibanya luka bakar, area terbuka tertutup).
c. Adanya
masalah – masalah medis yang menyertai.
d. Alergi
(khususnya sulfa) karena banyak antimikrobial kapital mengandung sulfa.
e. Tanggal
terakhir imunisasi tetanus.
f. Obat-obatan
yang digunakan bersamaan.
Menurut Arif Mutaqqin (2011) Hal-hal
yang perlu dikaji pada pasien dengan luka bakar adalah sebagai berikut:
a. Fase darurat luka bakar
1) Perawatan menginventaris data-data
melalui petugas luar rumah sakit (petugas penyelamat atau petugas gawat
darurat)
2) Bila pasien mampu berbicara lakukan
pertanyaan tentang proses dan mekanisme cedera secara ringkas dan cepat.
b.
Tanda-Tanda Vital (TTV)
1) Melakukan pemeriksaan secara sering.
2) Status respirasi, suhu dipantau ketat.
3) Denyut nadi apikal, karotid, dan femoral
dievaluasi.
4) Pemantauan jantung dilakukan bila memiliki
riwayat penyakit jantung.
c.
Riwayat Kesehatan
1)
Riwayat luka bakar.
2)
Riwayat alergi.
3)
Riwayat imunisasi tetanus.
4)
Riwayat medis serta bedah masa lalu.
d.
Intake dan Output
1) Dipantau dengan cermat dan diukur tiap satu
jam.
2) Mencatat jumlah urine yang pertama
kali keluar ketuka dipasang kateter untuk menentukan fungsi ginjal dan status
cairan sebelum pasien mengalami luka bakar. Urine kemerahan menunjukkan adanya
hemokromogen dan mioglobulin karena kerusakan otot.
e. Pengkajian
Fisik
1) Head to toe.
2) Berfokus pada tanda dan gejala, cedera atau
komplikasi yang timbul
f.
Pengkajian Luas Bakar
1) Mengidentifikasi daerah-daerah luka bakar
terutama derajat II dan III.
2) Ukuran,
warna, bau, eskar, eksudat, pembentukkan abses, perdarahan, pertumbuhan epitel,
penampakkan jaringan granulasi pada luka bakar.
g. Pengkajian Neurologik
1) Berfokus
pada tingkat kesadaran
2) status fisiologik
3) tingkat nyeri
4) kecemasan
5) perilaku
6) pemahaman pasien dan keluarga terhadap cedera
serta penanganannya.
b. DIAGNOSA KEPERAWATAN
(Menurut
Nanda, 2009) maka yang mungkin timbul pada penderita luka bakar adalah:
1. Risiko
bersihan jalan napas tidak efektif b.d. edema dan efek dari inhalasi asap.
2. Risiko
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit b.d. peningkatan permeabilitas kapiler
dan kehilangan cairan akibat evaporasi dari daerah luka bakar.
3. Nyeri
b.d hipoksia jaringan, cedera jaringan, serta saraf dan dampak emosional dari
luka bakar.
4. Risiko
tinggi infeksi b.d. hilangannya barier kulit dan terganggunya respon imun.
5. Gangguan
intergritas kulit b.d. luka bakar terbuka.
c. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Menurut Arif Muttaqin, (2011) Intervensi
untuk klien dengan gangguan luka bakar adalah sebagai berikut:
1) Risiko
bersihan jalan napas tidak efektif b.d. edema dan efek dari inhalasi asap.
a.
Tujuan :
Dalam waktu 3 x 24
jam kebersihan jalan napas
pasien
tetap optimal
b. Kriteria Hasil :
- Jalan
napas bersih, tidak ada obstruksi
- Suara
napas normal tidak ada bunyi napas tambahan seperti stridor
- Tidak
ada penggunaan otot bantu napas
c. Intervensi :
1. Kaji dan monitor jalan napas
Rasional : Deteksi awal untuk interprestasi
selanjutnya.
2. Tempatkan pasien di bagian
resusitasi
Rasional : Memudahkan
melakukan monitoring status kardiorespirasi dan
intervensi
kedaruratan.
3. Beri oksigen 4
liter/menit dengan kanul atau sungkup
Rasional : Membantu
meningkatkan paO2 di cairan otak yang akan
mempengaruhi
pengaturab pernapasan,
4. Lakukan tindakkan kedaruratan jalan napas
agresif.
Rasional : Tindakkan ini termasuk membalikkan
tubuh pasien, mendorong pasien bernapas dalam, mengeluarkan
timbunan sekret melalui penghisapan trakea.
Pengaturan
posisi tubuh pasien dapat mengurangi kerja pernapasan, meningkatkan ekspansi
dada yang maksimal, dan pemberian oksigen yang dilembabkan dapat menurunkan
stres metabolik dan oksigenasi jaringan adekuat.
5. Bersihkan
jalan napas dengan suctioning bila kemampuan mengeluarkan sekret tidak efektif.
Rasional : Pernapasan
menjadi adekuat bila jalan napas bersih
6. Intruksikan
pasien untuk napas dalam dan batuk efektif
Rasional : Pernapasan
diafragma dapat meningkatkan ekspansi paru sehingga pasien dapat melakuan
inspirasi maksimal. Batuk efektif melonggarkan mukus.
7. Evaluasi
dan monitor keberhasilan intervensi bersihan jalan napas.
Rasional : Memantau
status respirasi dan keberhasilan bersihan jalan napas
2) Risiko
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit b.d. peningkatan permeabilitas kapiler
dan kehilangan cairan akibat evaporasi dari daerah luka bakar
a.
Tujuan :
Tidak
terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
b. Kriteria
Hasil :
- Pasien
tidak mengeluh pusing, TTV batas normal, kesadaran potimal, urine >
600ml/hari.
- Keluhan
diare, mual, muntah berkurang.
- Hasil
lab : nilai elektrolit dan analisis gas
darah normal.
c. Intervensi :
1. Identifikasi
faktor penyebab, spesifikasi luka, luas luka bakar, kedalaman luka bakar, dan
riwayat penyakit lain
Rasional : Sebagai parameter dalam menentukan
intervensi kedaruratan.
2. Kaji
status dehidrasi.
Rasional : Menentukan jumlah cairan yang akan diberikan
sesuai dengan derajat
dehidrasi dari
individu.
3. Lakukan
pemasangan IVFD (intravenous fluid drops).
Rasional : Kompensasi awal hidrasi cairan di
gunakan untuk mencegah syok hipovolemik.
4. Kaji
penurunan kadar penurunan
elektrolit
Rasional : Mendeteksi
kondisi hiponatremi dan hipokalemi sekunder dari
hilangnya elektrolit
dari plasma
3) Nyeri
b.d hipoksia jaringan, cedera jaringan, serta saraf dan dampak emosional dari
luka bakar.
a. Tujuan
:
Nyeri berkurang.
b. Kriteria
hasil ::
- Secara
subyektif melaporkan nyaeri berkurang.
- Dapat
mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
c. Intervensi
:
1. Kaji nyeri dengan pendekatan PQRST.
Rasional : Parameter
dasar untuk mengetahui sejauh mana intervensi yang diperlukan dan sebagai
evaluasi kberhasilan intervensi manajemen
nyeri.
2. Atur
posisi fisiologis.
Rasional : Meningkatkan
asupan O2 ke jaringan yang mengalami peradangan.
3. Istirahatkan
klien.
Rasional : Meningkatkan
suplai darah pada jaringan yang mengalami peradangan.
4. Ajarkan
teknik relaksasi pernapasan dalam.
Rasional : Menurunkan
nyeri sekunder dari peradangan.
5. Ajarkan
teknik distraksi pada saat nyeri
Rasional : Memblok
reseptor nyeri untuk tidak dikirimkan ke korteks cerebri sehingga menurunkan
persepsi nyeri.
6. Kalaborasi
dengan dokter untuk pemberian analgetik preparat morfinAjarkan teknik distraksi
pada saat nyeri.
Rasional : Memblok
lintasan nyeri sehingga menurunkan nyeri.
4) Resiko
tinggi infeksi b.d hilangnya barier kulit dan tergangguanya respon imun.
a. Tujuan
:
Tidak terjadi infeksi, terjadi
perbaikan pada integritas jaringan lunak.
b.
Kriteria Evaluasi :
- Lesi luka bakar mulai menutup pada
hari ke-7 minimal o,5 cm tanpa adanya tanda-tanda infeksi dan peradangan pada
area lesi.
- Leukosit
dalam batas norma TTV dalam batas normal.
c. Intervensi
:
1. Kaji
derajat, kondisi kedalaman, luasnya lesi luka bakar, serta apakah adanya advice
dokter dalam perawatan luka.
Rasional : Mengidentifikasi
kemajuan atau penyimpangan dari tujuan yang diharapkan.
2. Lakukan
perawatan steril setiap hari
Rasional : Menurunkan
kontak kuman ke dalam lesi
3. Pantau
ketat TTV ( respiratori, renal, atau
gastrointestinal)
Rasional : Mampu
mendeteksi dengan cepat mulainya suatu infeksi.
4. Buat
kondisi balutan dalam keadaan bersih dan kering
Rasional : Menghindari
kontaminasi
5. Kalaborasi
penggunaan antibiotik
Rasional : Mencegah
aktivasi yang masuk
5) Gangguan
integritas kulit b/d luka bakar terbuka.
a. Tujuan
:
Integritas kulit membaik secara
optimal.
b. Kriteria
Hasil:
Pertumbuhan
jaringan membaik dan lesi psoriasis berkurang.
c. Intervensi
1. Kaji
kerusakan jaringan kulit yang terjadi pada klien.
Rasional : Data dasar untuk memberikan
informasi intervensi perawatan yang akan digunakan
2. Lakukan
perawatan luka terbuka
Rasiomal : Kadang-kadang
luka bakar dibiarkan terbuka agar terkena udara.
Dengan tetap mempertahankan lingkungan
poasien tetap bersih dan tetap membatasi infeksi luka bakar.
3. Lakukan
komunikasi efektif
Rasional : Komunikasi yang akrab dan kerja sama
antar pasien menghasilkan perawatan luka yang optimal.
4. Lakukan
perawatan luka tertutup.
Rasional : Mencegah infeksi dan mempercepat
proses perbaikan kulit
DAFTAR PUSTAKA
Arif
Muttaqin. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta. Salemba
Medika
Mansjoer,
Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3 Jilid 2. Jakarta : EGC
Nanda, 2009. Pedoman
Diagnosa Keperawatan
Pierce A. Grace &
Neil R. Borley. 2006. At Glace Ilmu Bedah. Surabaya. Erlangga
Smeltzer, S.C. 2001.
Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner andSudath, Edisi 8, Volume 3.
Jakarta : EGC
R. Sjamsuhidajat. 2010.
Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta. EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar