SEPSIS
DI RUANG PERINATOLOGI RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK
PROVINSI LAMPUNG
DI
SUSUN OLEH :
FEBRI
AYU MENTARI
13202015
POLTEKKES
KEMENKES TANJUNGKARANG
PRODI
DIV KEPERAWATAN
T.A
2014 / 2015
LAPORAN
PENDAHULUAN
SEPSIS
DI RUANG
PERINATOLOGI RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK
PROVINSI
LAMPUNG
A. Pengertian
Sepsis adalah bakteri
umum yang masuk ke aliran dalam darah (Donna L. Wong, 2003). Sepsis neonatorum
atau septikemia neonatal didefinisi sebagai infeksi bakteri pada aliran darah
bayi selama empat minggu pertama kehidupan (Bobak, 2004).
Sepsis neonatorum
adalah semua infeksi bayi pada 28 hari pertama sejak dilahirkan. Infeksi dapat
menyebar secara menyeluruh atau terlokasi hanya pada satu organ saja (seperti
paru-paru dengan pneumonia). Infeksi pada sepsis bisa didapatkan pada saat
sebelum persalinan (intrauterine sepsis) atau setelah persalinan (extrauterine
sepsis) dan dapat disebabkan karena virus (herpes, rubella), bakteri
(streptococcus B), dan fungi atau jamur (candida) meskipun jarang ditemui.
(John, 2009).
Sepsis dapat dibagi menjadi dua, antara
lain:
1.
Sepsis dini: terjadi 7 hari pertama
kehidupan.
Karakteristik : sumber organisme pada
saluran genital ibu dan atau cairan amnion, biasanya fulminan dengan angka
mortalitas tinggi.
2.
Sepsis lanjutan/nosokomial : terjadi
setelah minggu pertama kehidupan dan didapat dari lingkungan pasca lahir.
Karakteristik : Didapat dari kontak langsung
atau tak langsung dengan organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat
perawatan bayi, sering mengalami komplikasi. (Vietha, 2008)
B. Etiologi
Sepsis
yang terjadi pada neonatus biasanya menimbulkan manifestasi klinis seperti
septikemia, pneumonia dan miningitis berhubungan dengan imaturitas dari sistem
imun dan ketidakmampuan neonatus untuk melokalisasi infeksi. Penyebab neonatus
sepsis/sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti bakteri, virus,
parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri.
-
Bakteri escherichia koli
-
Streptococus group B
-
Stophylococus aureus
-
Enterococus
-
Listeria monocytogenes
-
Klepsiella
-
Entererobacter sp
-
Pseudemonas aeruginosa
-
Proteus sp
-
Organisme anaerobik
Berdasarkan
mulai timbulnya gejala klinis, sepsis dibagi menjadi 2 yaitu :
1.
Early Onset : gejala mulai tampak pada hari-hari pertama kehibupan (rata-rata
48 jam), biasanya infeksi berkaitan dengan faktor ibu (infeksi transplasenta,
dari cairan amnion terinfeksi, waktu bayi melewati jalan lahir, dll). Berkembangnya
gejala pada early onset pada umumnya sangat cepat dan meningkat menuju septik
shock.
2.
Late Onset : Timbul setelah satu minggu pada awal kehidupan neonatus tanpa
kelainan perinatal, infeksi didapat dari lingkungan atau dari rumah sakit
(nosokomial) sering terjadi komplikasi pada susunan syaraf pusat.
C. Tanda dan
Gejala
Menurut
Arief, 2008 tanda dan gejala dari sepsis neonatorum, antara lain:
1. Umum : panas (hipertermi),
malas minum, letargi, sklerema
2. Saluran cerna: distensi
abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali
3. Saluran nafas: apnoe,
dispnue, takipnu, retraksi, nafas cuping hidung, merintih, sianosis
4. Sistem
kardiovaskuler: pucat, sianosis, kulit lembab, hipotensi, takikardi, bradikardi
5. Sistem syaraf pusat:
iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum, pernapasan tidak
teratur, ubun-ubun membonjol
6. Hematologi: Ikterus,
splenomegali, pucat, petekie, purpura, perdarahan.
D.
Patofisiologi
Penyakit
yang ada pada ibu karena adanya bakteri dan virus pada neonatus (bayi).
Kemudian menyebabkan terjadinya infeksi yang menimbulkan sepsis. Faktor infeksi
yang mempengaruhi sepsis, antara lain faktor maternal yaitu adanya status
sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang yang mempengaruhi kecenderungan
terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang
berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya
padat dan tidak higienis. Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih
dari 3) dan umur ibu (kurang dari 20 tahun atau lebih dari 30 tahun. Kurangnya
perawatan prenatal, ketuban pecah dini (KPD), dan prosedur selama persalinan.
Faktor Neonatal, pada bayi dengan prematurius ( berat badan bayi kurang dari
1500 gram), merupakan faktor resiko utama untuk sepsis neonatal.
Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih
rendah dari pada bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta
terutama terjadi pada paruh terakhir ketiga. Setelah bayi lahir, konsentrasi
imunoglobulin serum terus menurun sehingga menyebabkan hipergamaglobulinemia
berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit.
Faktor Lingkungan, pada
bayi mudah terjadi defisiensi imun yaitu cenderung mudah sakit sehingga sering
memerlukan prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah sakit
lebih lama. Penggunaan kateter vena atau arteri maupun kateter nutrisi
parenteral merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka.
Bayi juga mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi. Paparan terhadap
obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan resiko pada neonatus yang
melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga menyebabkan
kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten berlipat ganda. Kadang-
kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran mikroorganisme yang
berasal dari petugas ( infeksi nosokomial), paling sering akibat kontak tangan.
Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli ditemukan dalam
tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi oleh E.colli.
Pathways
|
|||||||
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan
darah rutin (hb, leuko, trombosit, CT, BT,
LED, SGOT, SGPT)
2. Kultur darah dapat menunjukkan organisme penyebab.
3. Analisis kultur urine dan cairan sebrospinal (CSS) dengan lumbal fungsi dapat
4. Mendeteksi organisme.
5. DPL menunjukan peningkatan hitung sel darah putih (SDP) dengan peningkatan
6. Neutrofil immatur yang menyatakan adanya infeksi.
7. Laju rendah darah, dan protein reaktif-c (CRP) akan meningkat menandakan adanya perubahan
8. Inflamasi.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
untuk sepsis neonatorum ada tiga tahap yaitu sebagai beikut
1. Perawatan
umum :
- Tindakan
aseptik dengan cuci kama.
- Pertahankan
suhu tubuh sekitar 36,5-37ºC.
- Jalan
napas harus bersih, artinya jangan sampai ada gangguan napas.
- Cairan
diberikan dengan infus.
- Lakukan
perawatan bayi dan tali pusat dengan baik.
- Medikamentosa
:
- Beni
antibiotik kombinasi.
- Evaluasi
hasilnya 3-5 hari, bila tidak berhasil, ganti antibiotik.
- Uji
sensitivitas kuman sehingga antibiotik diberikan dengan tepat.
- Antibiotik
diberikan perpanjangan selama 7 hari setelah perbaikan secara klinis.
- Simtomatik
: pengobatan simtomatik diberikan dan sesuai dengan gejala klinisnya (obat
penurun panas, obat anti kejang). Transfusi darah sehingga Hb 11g%.
Pemantauan
terhadap perawatan pasien adalah sebagai berikut :
1. Perhatikan
keadaan umum, tanda-tanda vitalnya,
2. Perhatikan
keseimbangan nutrisi dan cairan.
3. Evaluasi
gambaran darahnya.
4. Persiapan
alat darurat
Kriteria
sembuh adalah keadaan umum membaik, gejala penyakit menghilang dan didukung
pemeriksaan laboraturium.
ASUHAN
KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Data Sybyektif
2. Data Obyektif : Bayi tampak lesu, tidak kuat menghisap, denyut jantung
lambat dan suhu tubuhnya turun-naik, gangguan pernafasan, kejang, jaundice
(sakit kuning), muntah, diare,perut kembung
Pengkajian dilakukan melalui
anamnesis untuk mendapatkan data, yang perlu dikaji adalah identitas, keluhan
utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat perawatan antenatal, adanya/tidaknya
ketuban pecah dini,partus lama atau sangat cepat (partus presipitatus). Riwayat
persalinan di kamar bersalin, ruang operasi, atau tempat lain. Ada atau
tidaknya riwayat penyakit menular seksual (sifilis, herpes klamidia, gonorea,
dll). Apakah selama kehamilan dan saat persalinan pernah menderita penyakit
infeksi (mis. Toksoplasmosis,rubeola, toksemia gravidarum, dan amnionitis).
Mengkaji tatus sosial ekonomi keluarga.
Pada pemeriksaan fisik
data yang akan ditemukan meliputi letargi (khususnya setelah 24 jam petama),
tidak mau minum atau refleks mengisap lemah, regurgitasi, peka rangsang, pucat,
berat badan berkurang melebihi penurunan berat badan secara fisiologis,
hipertermi/hipotermi, tampak ikterus. Data lain yang mungkin ditemukan adalah
hipertermia,pernapasan mendengkur, takipnea, atau apnea, kulit lembab dan
dingin, pucat, pengisian kembali kapiler lambat, hipotensi, dehidrasi,
sianosis. Gejala traktus gastrointestinal meliputi muntah, distensi abdomen
atau diare.
B. Diagnosa Keperawatan
1.
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan dispneu, apneu, takipneu
2.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan reflek hisap lemah
3.
Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan status imun
C. Rencana Tindakan Keperawatan
1.
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan dispneu, apneu, takipneu
Tujuan
:
-
Nafas efektif
Kriteria
hasil :
Indikator
|
Intervensi
|
· Frekuensi
pernafasan sesuai yang diharapkan
· Irama
nafas sesuai yang diharapkan
· Kedalaman
inspirasi normal
· Ekspansi
dada simetris
· Bernafas
mudah
· Tidak
terdapat kontraksi dinding dada
· Tidak
didapatkan penggunaan otot-otot tambahan
· Auskultasi
suara nafas sesuai yang diharapkan
|
a
Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
b.
Posisikan bayi untuk memaksimalkan ventilasi
c.
Berikan bronkodilator bila perlu
d.
Atur intake cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan
e.
Monitor status respirasi dan status O2
|
Keterangan
:
1.
Keluhan ekstrim
2.
Keluhan berat
3.
Keluhan sedang
4.
Keluhan ringan
5.
Tidak ada keluhan
2.
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan reflek hisap yang lemah
Tujuan
:
-
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria
hasil :
Indikator
|
Intervensi
|
· Intake
zat gizi (nutrient)
· Intake
makanan dan cairan
· Energi
· Masa
tubuh
· Berat
tubuh
· Ukuran
kebutuhan nutrisi secara biokimia
|
a.
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi bayi.
b.
Monitor jumlah nutrisi
c.
BB bayi dalam batas normal
d.
Monitor adanya penurunan berat badan
e. Monitor turgor
kulit
f.
Monitor pertumbuhan dan perkembangan bayi.
|
3.
Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan status imun
Tujuan
: Infeksi tidak terjadi
Kriteria
hasil :
Indikator
|
Intervensi
|
· Memonitor
faktor resiko dari lingkungan
· Mengembangkan
strategi kontrol resiko yang efektif
· Mengatur
strategi pengontrolan resiko yang dibutuhkan
· Berkomitmen
dengan strategi kontrol resiko yang dipilih
· Mengenali
perubahan status kesehatan
· Memonitor
perubahan status kesehatan
|
Infection
control :
a.
Bersihkan setelah dipakai oleh pasien lain
b.
Pertahankan teknik isolasi
c.
Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
d.
Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
e.
Pertahankan lingkungan aseptic selama pemasangan alat
f.
Tingkatkan intake nutrisi
g. Berikn
trapi antibiotic bila prlu
|
DAFTAR
PUSTAKA
·
Arief, M.2008. Kapita selekta kedokteran. Jakarta:
EGC.
·
Berkow & Beers. 1997. Neonatal Problems : Sepsis Neonatorum. Akses internet
di http://debussy.hon.ch/cgi-bin/find?1+submit+sepsis_neonatorum/NET pada tanggal 30 November 2015.
·
Bobak. 2004. Keperawatn Maternitas, edisi 4.Jakarta: EGC.
·
Vietha.2008.Askep pada Sepsi Neonatorum. Akses internet di http://viethanurse.wordpress.com/2008/12/01/askep-pada-sepsis-neonatorum/NET
pada tanggal 30 November 2015.
Making Money - The easiest, easiest way to make money from
BalasHapusWith a tipster, you'll also get the opportunity to win big in sports betting. If you have been betting หารายได้เสริม on sports for a while, you'll